PEMBAHASAN
Praktikum
ini bertujuan untuk mengetahui reaksi halogenasi karbonil. Reaksi halogenasi
adalah suatu reaksi dimana terjadi pengikatan satu atau lebih atom halogen (F,
Cl, Br, I) pada senyawa organik. Satu-satunya atom halogen yang tidak bisa membentuk
reaksi halogenasi adalah atom F.
Pada
praktikum ini digunakan Aseton murni, Ca(COI)2 dan KI sebagai bahan
baku pembuatan Iodoform. Aseton berfungsi sebagai penyumbang gugus metil CH3,
Ca(COI)2 berfungsi sebagai oksidator dan KI berfungsi sebagai penyumbang
I2.
Hal
pertama yang dilakukan adalah memasukkan 12gr KI ke dalam labu alas bulat
500ml, kemudian ditambahkan 200ml aquadest dan 4ml aseton. KI harus ditimbang
menggunakan kaca arloji, karena sifat KI yang higroskopis. Fungsi aquadest
adalah untuk melarutkan KI karena KI sangat mudah larut dalam air. Setelah itu
kedalam campuran tersebut ditambahkan kaporit sambil digojog supaya campuran
homogen. Penambahan kaporit dilakukan sedikit demi sedikit sehingga kita
mengetahui kapan campuran tersebut netral. Setelah itu campuran didiamkan 10
menit kemudian disaring dengan menggunakan corong bucher dan vakum. Corong
bucher dilapisi dengan kertas saring ganda untuk mengantisipasi terjadinya
kebocoran. Kristal atau residu yang diperoleh kemudian dicuci dengan aquadest
3x, masing-masing pencucian digunakan aquadest sebanyak 100ml. Pencucian
dilakukan dengan aquadest karena aquadest merupakan
pelarut inert yaitu pelarut yang tidak menimbulkan reaksi apapun pada suatu
sistem dan tidak merusak reaksi didalamnya. Tujuan dari pencucian ini adalah
untuk membersihkan Kristal dari residu kaporit yang menempel pada kristal
sehingga diperoleh Kristal yang bersih. Kristal harus dibersihkan dari kaporit
karena kaporit bersifat basa sehingga kaporit dapat menghidrolisa iodoform yang
terbentuk.
Setelah
itu Kristal dimasukkan kedalam labu alas bulat kemudian ditambahkan alkohol
100ml dan dilakukan proses refluks. Alkohol berfungsi untuk melarutkan Kristal
dan untuk membentuk Kristal iodoform yang mengkilap. Saat proses refluks
kedalam labu alas bulat ditambahkan batu didih yang berfungsi untuk
menghomogenkan panas. Fungsi refluks adalah untuk mempercepat reaksi antara
alcohol dengan Kristal yang terbentuk sebelumnya sehingga diharapkan Kristal
dapat larut seutuhnya. Saat proses refluks pada bagian atas pendingin tegak
perlu diberi corong yang disumbat dengan kapas basah, tujuannya adalah untuk
mencegah penguapan.
Pada rangkaian refluks ini terjadi empat proses,
yaitu proses heating, evaporating, kondensasi dan cooling. Heating terjadi pada
saat campuran dipanaskan di labu alas bulat, evaporating ( penguapan ) terjadi
ketika campuran mencapai titik didih dan berubah fase menjadi uap yang kemudian
uap tersebut masuk ke kondensor dalam. Cooling terjadi ketika air mengalir dari
bawah menuju kondensor luar. Air harus dialirkan dari bawah dengan tujuan agar tidak
ada turbulensi udara yang menghalangi dan agar air terisi penuh. Proses yang
terakhir adalah kondensasi (Pengembunan), proses ini terjadi di kondensor, jadi
terjadi perbedaan suhu antara kondensor dalam yang berisi uap panas dengan
kondensor luar yang berisikan air dingin, hal ini menyebabkan penurunan suhu
dan perubahan fase dari steam tersebut untuk menjadi liquid kembali.
Setelah direfluks kemudian campuran disaring dalam
keadaan panas dengan menggunakan corong kaca dan kertas saring, setelah itu
filtratnya didinginkan dengan menggunakan es batu sehingga iodoform yang
dilarutkan dalam alkohol mengkristal kembali. Selanjutnya filtrat yang telah
didinginkan tadi disaring dengan menggunakan corong bucher dan vakum, residu
yang diperoleh kemudian dikeringkan dalam oven dan dihitung rendemennya. Tujuan
rekristalisasi ini adalah untuk mendapatkan Kristal iodoform yang benar-benar
murni.
Hasil
rendemen yang diperoleh adalah 22, 74%. Seharusnya hasil rendemen yang
diperoleh bisa lebih banyak, namun pada praktikum ini hanya diperoleh rendemen
sebanyak 22, 74% hal ini dapat disebabkan dari berbagai factor, diantaranya
adalah saat proses penyaringan masih banyak zat yang tertinggal di dalam labu
sehingga rendemen yang diperoleh jumlahnya sedikit.
Pembuatan
iodoform selain dengan menggunakan KI dan Kaporit juga dapat dilakukan dengan
menggunakan I2 dan NaOH. Jika menggunakan I2 dan NaOH
umumnya iodoform yang dihasilkan lebih sedikit daripada jika menggunakan KI dan
kaporit, hal ini disebabkan karena I2 lebih mudah teroksidasi jika
dibandingkan dengan KI selain itu oksidator yang digunakan (NaOH) lebih kuat
jika dibandingkan dengan kaporit sehingga Kristal iodoform yang dihasilkan
lebih rentan untuk terhidrolisis. Pembuatan iodoform dengan menggunakan I2
dan kaporit tidak dilakukan karena keterbatasan waktu.
kuliah farmasi dimana ?
ReplyDeletekok kita praktikum nya sama
Di Unwahas Semarang :)
Deletemakasih buat kunjungan dan komennya, semoga bermanfaat :)