a.burastabs, a.burastabs:link, a.burastabs:visited {display:block; width:102px; height:30px; background:#444444; border:1px solid #ebebeb; margin-top:2px; text-align:center; text-decoration:none; font-family:arial, sans-serif; font-size:12px; font-weight:bold;color:#FFFFFF; line-height:25px; overflow:hidden; float:left;} a.burastabs:hover {color:#FFFFFF; background:#666666;} #burasbar {width:auto; margin:0 auto;}
CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Thursday, May 23, 2013

PEMBAHASAN PRAKTIKUM PENETAPAN KADAR GLIKOGEN LIVER


PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar glikogen pada hati tikus kenyang dan lapar.
Glikogen merupakan bentuk cadangan karbohidrat bagi hewan tingkat tinggi dan biasanya disimpan dalam hepar, otot skelet, ginjal dan hamper di semua jaringan tetapi tidak terdapat di dalam otak. Glikogen adalah simpanan karbohidrat dalam bentuk glkukosa di dalam tubuh yang berfungsi sebagai salah satu sumber energi.
Jalur metabolism karbohidrat di dalam tubuh ada beberapa macam,yaitu
1.     Glikolisis atau disebut juga Embden Meyer Hoff Pathway merupakan oksidasi glukosa menjadi as.piruvat dan as.laktat
2.    Glikogenesis merupakan sintesis glikogen dari glukosa
3.    Glikogenolisis merupakan pemecahan glikogen menjadi glukosa
4.    Heksosa Monofosfat Shunt (HMP Shunt)
5.    Glikoneogenesis merupakan pembentukan glukosa dari bahan bukan karbohidrat
Hal pertama yang dilakukan pada praktikum ini adalah isolasi glikogen. Isolasi glikogen dilakukan dengan cara membunuh tikus lapar dan tikus kenyang dengan menggunakan kloroform. Setelah tikus mati, tikus diletakkan pada tempat pembedahan tikus kemudian dibelah dengan menggunakan pinset dan gunting. Setelah itu masing-masing tikus diambil hatinya dan di timbang. Setelah di timbang ternyata diperoleh berat hati tikus kenyang adalah 5,2226gr sedangkan berat hati tikus lapar adalah 4,7008gr.
Hati tikus tersebut kemudian di potong kecil-kecil dan digerus di dalam lumpang dengan tambahan larutan TCA 5% sebanyak 25 ml (2x berat hati). Tujuan pemotongan liver tersebut adalah untuk mempermudah proses penggerusan sedangkan tujuan penambahan larutan TCA 5% adalah untuk mengnonaktifkan enzim yang dapat merusak glikogen, mendenaturasi protein dan melarutkan glikogen, karena glikogen larut dalam TCA.
Setelah itu, campuran liver tikus dengan larutan TCA 5% 25 ml tersebut di dekantir dengan menggunakan bantuan corong bucher dan vakum, tujuan proses dekantir ini adalah untuk mengambil filtrat dengan hasil semaksimal mungkin sehingga glikogen yang larut dalam TCA diharapkan dapat terambil seluruhnya. Residu pada proses dikantir pertama digerus kembali dengan TCA 5% sebanyak 12,5ml (1 x berat hati) dan di dekantir kembali denganmenggunakan corong bucher dan vakum. Tujuannya adalah untuk memaksimalkan kadar glikogen yang dapat diambil. Setelah itu filtrat yang diperoleh dari proses dekantir I dan II di ukur dengan menggunakan gelas ukur.
Proses ini dilakukan terhadap liver tikus lapar dan kenyang secara terpisah. Pada tikus kenyang diperoleh hasil total filtrat 33ml dan total filtrat pada tikus lapar adalah 32ml.
Setelah proses isolasi glikogen selesai dilakukan percobaan test glikogen. Test glikogen dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan larutan I-KI. Larutan I-KI akan memberikan kompleks warna merah pada glikogen. Diambil beberapa tetes filtrat glikogen yang diperoleh dari hasil isolasi glikogen kemudian di tambahkan 2-3 tetes larutan I-KI dalam cawan porselen. Setelah dilakukan test glikogen secara kualitatif diperoleh hasil bahwa filtrat tikus kenyang ditambah dengan dengan larutan I-KI berwarna kuning kecoklatan sedangkan filtrat tikus lapar ditambah dengan larutanI-KI juga berwarna kuning kecoklatan namun lebih pekat.
Filtrat yang diperoleh dari hasil isolasi glikogen tersebut ditambahkan dengan alcohol 96% sebanyak 2x volume total filtrat, sehingga untuk filtrat tikus kenyang ditambahkan alcohol 96% sebanyak 33ml dan untuk filtrat tikus lapar ditambahkan alcohol 96% sebanyak 32ml. Fungsi penambahan alcohol 96% ini adalah untuk mengendapkan glikogen tanpa mengendapkan glukosanya.
Campuran antara filtrat dengan alcohol 96% diaduk pelan-pelan dalam beaker glass hingga terbentuk flokulasi glikogen kemudian di sentrifugasi selama 10 menit. Tujuan sentrifugasi adalah untuk memisahkan endapan dengan filtrat. Namun, karena setelah disentrifugasi selama 10 menit ternyata tidak terdapat endapan maka hasil sentrifugasi tidak perlu ditambah dengan etanol kembali tetapi langsung disaring dengan menggunakan kertas saring dan dikeringkan dengan menggunakan oven.
Setelah itu dilakukan penetapan kadar glikogen secara kuantitatif. Kertas saring yang sudah dikeringkan dalam oven dibasahi dengan aquadest dan aquadest ditampung dalam labu takar 10ml, setelah itu di ad kan dengan aquadest sampai tanda. Setelah itu dipipet 1ml larutan campuran glikogen dengan aquadest dan di tambah dengan 4ml reagen anthron dalam labu takar 5ml. gojog campuran hingga homogen dan tuang kedalam tabung reaksi. Campuran yang berada dalam tabung reaksi dipanaskan dalam tangas air mendidih selama kurang lebih 10 menit, tujuan pemanasan ini adalah untuk mempercepat reaksi glikogen dengan pereaksi anthron. Pereaksi anthron berfungsi untuk memberikan kompleks warna pada glikogen sehingga dapat terbaca pada spektrofotometer. Campuran yang sudah dipanaskan tadi didinginkan pada suhu kamar kemudian dibaca absorbansinya dengan panjang gelombang maksimal 643,5nm.
Pada tikus lapar I, lapar II dan kenyang II perlu dilakukan pengenceran 5x karena absorbansinya tidak memenuhi range yaitu 0,2-0,8
Setelah dihitung, diperoleh hasil bahwa kadar glikogen pada tikus lapar lebih banyak daripada kadar glikogen pada tikus kenyang. Kadar glikogen tikus lapar 0,142832gr dan kadar glikogen tikus kenyang 0,282348gr.
Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Montgomery (1983) yang menyatakan bahwa pada tikus yang tidak puasa kadar glikogen lebih besar daripada tikus puasa. Hal tersebut dikarenakan pada sebelum tikus diambil hatinya keadaan kandungan glukosa pada tubuhnya masih dipasok secara normal dan belum memakai kadar glikogen pada tubuhnya. Setelah ingesti makanan yang mengandung karbohohidrat, kadar glukosa darah akan naik.
Ketidak sesuaian ini dapat disebabkan karena tikus yang lapar mengalami stress (karena tidak diberi makan) sehingga tikus lapar mensekresikan hormone epinephrine secara berlebih dan berdampak pada pembentukan cAMP, dimana cAMP akan menghambat glikogen sintase sehingga proses glikogenesis terhambat dan glikogen tidak terbentuk.
Tikus yang digunakan dalam percobaan memiliki kadar glikogen yang sangat sedikit, bahkan saat praktikum glikogen hampir tidak terlihat. Hal ini dapat disebabkan karena tikus yang digunakan dalam praktikum merupakan tikus yang telah dilakukan pemejanan glukosa, meskipun telah dinetralkan selama 2 minggu, sedikit banyak pemejanan glukosa tersebut masih berpengaruh sehingga kemungkinan tikus yang digunakan dalam percobaan hanya memiliki sedikit hormone insulin sehingga gula darah tikus tidak dapat diubah menjadi glikogen, dan kadar glikogen menjadi sangat sedikit.

KESIMPULAN
Secara teoritis kadar glikogen pada tikus kenyang lebih besar daripada kadar glikogen pada tikus lapar namun secara praktek kadar glikogen tikus lapar lebih besar daripada kadar glikogen tikus kenyang.

Sunday, May 19, 2013

All About Me

This is my first....
well semoga blog ini nggak kayak blog yang dulu-dulu (yang mati di tengah jalan tanpa ada kabar) wkwkwkwk

Just call me Nita, i love all about Korea especially SM Ent artist *Yeah i'm SM Stand*, i'm 94 line, i'm prospective pharmacists and i hate plagiarism ^^

This will be a story about me, my days and many more
so don't be bored