PEMBAHASAN
Praktikum
ini bertujuan untuk menghitung jumlah eritrosit dalam 1ml darah. Eritrosit adalah
sel darah merah. Eritrosit berfungsi untuk mengikat O2 dan diedarkan ke seluruh
tubuh. Eritrosit berbentuk bundar, pipih dan bikonkaf dengan diameter 7,5
mikron dan tebal 2mikron.
Pada
praktikum ini digunakan EDTA sebagai anti koagulan dan larutan hayem yang
berfungsi sebagai pemecah leukosit.
Anti koagulan adalah zat yang
mencegah penggumpalan darah dengan cara mengikat kalsium atau dengan menghambat
pembentukan trombin yang diperlukan untuk mengkonversi fibrinogen menjadi
fibrin dalam proses pembekuan. EDTA adalah salah satu jenis anti koagulan yang
sering digunakan. EDTA umumnya tersedia dalam bentuk garam
sodium (natrium) atau potassium (kalium). EDTA mencegah koagulasi dengan cara
mengikat atau mengkhelasi kalsium. EDTA memiliki keunggulan dibanding dengan
antikoagulan yang lain, yaitu tidak mempengaruhi sel-sel darah, sehingga ideal
untuk pengujian hematologi, seperti pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, KED, hitung
lekosit, hitung trombosit dan retikulosit. Penggunaan EDTA harus tepat, bila
jumlah EDTA kurang, darah dapat mengalami koagulasi. Sebaliknya, bila EDTA
kelebihan, eritrosit mengalami krenasi, trombosit membesar dan mengalami
disintegrasi.
Ada tiga macam EDTA, yaitu dinatrium
EDTA (Na2EDTA), dipotassium EDTA (K2EDTA) dan tripotassium EDTA (K3EDTA).
Na2EDTA dan K2EDTA biasanya digunakan dalam bentuk kering, sedangkan K3EDTA
biasanya digunakan dalam bentuk cair.
Seperti
yang kita ketahui darah adalah salah satu cairan tubuh yang terdiri dari cairan
plasma dan sel. Sel yang terkandung dalam darah yaitu Eritrosit, Leukosit dan
Trombosit. Trombosit berperan dalam pembekuan darah.
Fungsi dari larutan EDTA dalam
praktikum ini adalah sebagai anti koagulan atau anti pembekuan darah, dimana
EDTA akan mengikat ion-ion kalsium dalam darah sehingga pembekuan darah akan
terhambat.
Larutan
Hayem adalah larutan isotonis yang
dipergunakan sebagai pengencer darah dalam penghitungan sel darah merah.
Apabila sampel darah dicampur dengan larutan Hayem maka sel darah putih akan
hancur, sehingga yang tinggal hanya sel darah merah saja. Larutan Hayem terdiri
dari 5gr Na-sulfat, 1 gr NaCl, 0,5gr HgCl2 dan 100 ml aquadest.
Dalam
praktikum ini hal pertama yang dilakukan adalah mengambil darah probandus dan
ditempatkan dalam tabung reaksi yang sebelumnya telah dicuci dengan EDTA supaya
darah tidak menggumpal, kemudian darah diambil dengan pipet mikro hingga 0,5
dan diambil larutan hayem hingga angka 101 dengan pipet yang sama. Setelah itu
pipet digoyang-goyang agar darah dan larutan hayem homogen. Larutan hayem
berfungsi untuk memecah leukosit dan trombosit tetapi tidak memecah eritrosit,
sehingga pada saat campuran darah dan larutan hayem diteteskan pada bilik
hitung dan diletakkan di bawah mikroskop sel darah yang terlihat di mkikroskop
adalah hanya eritrosit saja. Sebelum campuran darah dan larutan hayem
diteteskan di bilik hitung, campuran darah dan larutan hayem terlebih dahulu
dibuang 1-2 tetes, tujuannya adalah untuk membuang larutan hayem yang tidak
tercampur dengan darah sehingga nantinya campuran darah dan larutan hayem yang
diteteskan dibilik hitung adalah campuran yang benar-benar homogen. Bilik
hitung yang sudah ditetesi oleh campuran kemudian ditutup dengan cover glass
dan diamati di bawah mikroskop. Eritrosit yang dihitung adalah eritrosit yang
terletak pada 100 bilik kecil di tengah bilik hitung. Perhitungan harus
dilakukan dengan cepat sebelum eritrosit rusak dan menggumpal. Perhitungan
dilakukan 2x dengan orang yang berbeda untuk memperkecil kesalahan.
Setelah
dihitung, eritosit probandus berjumlah 7.900.000 dimana seharusnya jumlah
eritrosit normal untuk laki-laki adalah 5.000.000 sehingga probandus didiagnosa
menderita polisitemia.
Polisitemia
adalah suatu keadaan dimana jumlah eritrosit lebih besar dari jumlah eritrosit
normal pada umumnya hal ini dapat disebabkan oleh Penyakit Paru Obstruktif
aktif (PPOK), penyakit ginjal dan sindroma cushing. Polisitemia sekunder juga dapat disebabkan
oleh peningkatan eritropoietin (EPO) baik dalam respon terhadap hipoksia
kronis (kadar oksigen rendah) atau dari tumor mensekresi eritropoietin,
perilaku, gaya hidup seperti merokok, tinggal di tempat yang tinggi, penyakit
paru-paru parah dan penyakit jantung.
Kelainan eritrosit yang lain adalah
oligositemia. Oligositemia merupakan suatu kelainan dimana jumlah eritrosit
seseorang lebih rendah dari jumlah eritrosit seharusnya. Hal ini dapat
disebabkan karena Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat
besi, vitamin B12, asam folat dan vitamin C, unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel
darah merah. Kehamilan.
Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat besi dan
vitamin untuk pertumbuhannya. Penyakit
tertentu. Penyakit yang
menyebabkan perdarahan terus-menerus di saluran pencernaan seperti
gastritis, radang usus buntu,dll dapat menyebabkan anemia. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan lambung
(aspirin, obat anti inflamasi,dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah
dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antacid, pil KB, obat
anti artritis, dll). Operasi pengambilan sebagian atau seluruh
lambung (gastrektomi).
Ini bisa menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan
vitamin B12. Penyakit radang kronis seperti lupus, artritis rematik,
penyakit ginjal, masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker, dan
penyakit lainnya dapat menyebabkan anemia karena memengaruhi proses pembentukan
sel darah merah.
makasih banyak.........
ReplyDelete